BURSA

Bursa Efek Indonesia Hijau, IHSG Bergerak Naik Kamis 23 Oktober 2025

Bursa Efek Indonesia Hijau, IHSG Bergerak Naik Kamis 23 Oktober 2025
Bursa Efek Indonesia Hijau, IHSG Bergerak Naik Kamis 23 Oktober 2025

JAKARTA - Di tengah tekanan yang melanda mayoritas bursa saham dunia, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) justru menunjukkan ketahanan yang kuat. 

Pasar modal Indonesia kembali bergerak positif pada awal perdagangan Kamis, 23 Oktober 2025, meskipun indeks saham global cenderung melemah akibat sentimen eksternal.

Pada pembukaan perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG menguat 53,79 poin atau 0,66 persen menuju level 8.206,34. Sementara itu, indeks LQ45 yang berisi 45 saham unggulan juga naik 5,50 poin atau 0,68 persen ke posisi 811,80.

Kenaikan ini menjadi sinyal bahwa pasar domestik masih memiliki daya tahan terhadap guncangan global, terutama setelah keputusan penting yang diambil oleh Bank Indonesia (BI) pada pekan ini.

Optimisme Pasar Domestik Usai Keputusan BI

Menurut Head of Retail Research BNI Sekuritas, Fanny Suherman, peluang penguatan IHSG masih cukup besar.

“IHSG berpotensi kembali rebound hari ini,” ujarnya.

Dari dalam negeri, sentimen positif datang dari hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia yang digelar pada 21–22 Oktober 2025. Dalam rapat tersebut, BI memutuskan untuk mempertahankan BI-Rate di level 4,75 persen, dengan deposit facility sebesar 3,75 persen dan lending facility 5,50 persen.

Keputusan ini dianggap sejalan dengan upaya menjaga stabilitas ekonomi nasional di tengah dinamika global. BI menegaskan akan terus mencermati efektivitas transmisi kebijakan moneter yang longgar, sekaligus memastikan stabilitas nilai tukar rupiah, prospek pertumbuhan ekonomi, serta inflasi tetap terjaga di level aman.

Selain itu, BI juga melaporkan bahwa pertumbuhan kredit perbankan pada September 2025 mencapai 7,70 persen year-on-year (yoy) meningkat dari 7,56 persen pada Agustus. 

Kenaikan ini terutama disumbang oleh kredit investasi yang melonjak 15,18 persen (yoy), sedangkan kredit modal kerja tumbuh 3,37 persen (yoy) dan kredit konsumsi naik 7,42 persen (yoy).

Angka ini menandakan aktivitas ekonomi domestik masih menunjukkan momentum positif di tengah perlambatan global.

Tekanan Eksternal: Hubungan Dagang AS–China Memanas Lagi

Sementara dari luar negeri, pasar keuangan global kembali diguncang oleh ketegangan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China. Isu tersebut memicu kekhawatiran investor dan mendorong aksi jual di sejumlah bursa besar dunia.

Kepanikan meningkat setelah Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, mengonfirmasi bahwa Gedung Putih tengah mempertimbangkan pembatasan ekspor perangkat lunak buatan AS ke China. 

Langkah ini merupakan tindak lanjut dari pernyataan Presiden AS Donald Trump dua pekan sebelumnya, yang berencana menerapkan pembatasan terhadap “seluruh perangkat lunak penting” mulai 1 November 2025.

Kebijakan ini dinilai dapat memperdalam ketegangan dagang antara dua raksasa ekonomi dunia tersebut. Dampaknya, pelaku pasar global kembali menahan diri untuk masuk ke aset berisiko.

Selain faktor geopolitik, laporan keuangan kuartal III dari sejumlah perusahaan teknologi besar AS juga memicu kekecewaan investor. Pendapatan yang di bawah ekspektasi menjadi pemicu tambahan aksi jual di bursa Wall Street.

Kinerja Bursa Global dan Regional

Tekanan global tercermin dari pelemahan mayoritas indeks saham di Eropa dan Amerika. Pada perdagangan Rabu , 22 Oktober 2025, bursa Eropa ditutup bervariasi:

Euro Stoxx 50 melemah 0,80 persen

FTSE 100 Inggris justru menguat 0,93 persen

DAX Jerman turun 0,74 persen

CAC Prancis melemah 0,63 persen

Sementara di Wall Street, ketiga indeks utama kompak melemah:

Dow Jones Industrial Average turun 0,71 persen ke level 46.590,60

S&P 500 turun 0,53 persen ke 6.699,51

Nasdaq Composite jatuh lebih dalam 0,99 persen ke 24.879,75

Kondisi ini memperlihatkan bahwa pelaku pasar global masih berhati-hati menghadapi ketidakpastian ekonomi dunia, termasuk potensi perlambatan pertumbuhan akibat kebijakan proteksionis AS.

Di Asia, pergerakan bursa regional juga menunjukkan pola serupa. Hingga Kamis, 23 Oktober 2025 pagi:

Indeks Nikkei Jepang melemah 635,79 poin atau 1,31 persen ke 48.664,80

Indeks Shanghai turun 34,22 poin atau 0,87 persen ke 3.879,25

Indeks Hang Seng Hong Kong melemah 101,77 poin atau 0,41 persen ke 25.676,50

Sementara indeks Strait Times Singapura justru naik tipis 4,57 poin atau 0,10 persen ke 4.980,07

Ketahanan IHSG di Tengah Ketidakpastian

Dengan latar belakang global yang tidak kondusif, penguatan IHSG menjadi sinyal positif bagi pelaku pasar domestik. Faktor fundamental ekonomi dalam negeri, terutama kebijakan moneter BI dan pertumbuhan kredit yang solid, memberi ruang bagi investor untuk kembali masuk ke saham-saham berkapitalisasi besar (blue chips).

Selain itu, nilai tukar rupiah yang stabil dan inflasi yang terkendali juga menjadi penopang utama kepercayaan pasar.

“Meski ada tekanan global, faktor domestik yang kuat membuat investor lokal cenderung optimistis,” kata seorang analis pasar modal dalam catatan riset harian.

Kondisi ini membuat Indonesia menjadi salah satu pasar saham yang relatif menarik di kawasan, terutama bagi investor yang mencari diversifikasi di tengah volatilitas global.

Peluang Rebound Tetap Terbuka

Meski dibayangi kekhawatiran dari pasar global, IHSG pada Kamis, 23 Oktober 2025, berpeluang melanjutkan penguatan seiring dengan optimisme terhadap kebijakan domestik. Stabilnya suku bunga, pertumbuhan kredit yang meningkat, serta kondisi fundamental ekonomi yang terjaga menjadi kombinasi faktor pendorong.

Namun, investor tetap disarankan untuk berhati-hati menghadapi potensi volatilitas akibat perkembangan hubungan dagang AS–China dan hasil kinerja korporasi global.

Dengan sentimen yang relatif positif di dalam negeri, IHSG diharapkan mampu menutup perdagangan pekan ini dengan arah yang lebih stabil dan momentum yang tetap terjaga.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index